Tampilkan postingan dengan label penyakit ga ngenakin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penyakit ga ngenakin. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Desember 2008

Dokter Gigi Kok Bisa Mendeteksi Diabetes Mellitus???

Dokter gigi mempunyai peranan utama pada pasien yang mempunyai penyakit diabetes mellitus dan akan melakukan perawatan kesehatan mulut, yakni dokter gigi dapat mendiagnosis penyakit dibetes mellitus ini melelui tanda dan gejala yang tampak di rongga mulut dan kemudian di rujuk ke ahli penyakit dalam.

Diabetes mellitus merupakan sidrom yang komplek dan merusak. Ini digambarkan dengan abnormal-nya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang nantinya akan menyebabkan defisiensi insulin, yang dihubungkan dengan kerusakan autoimun
  KONDISI FISIK PENDERITA DIABETES MELLITUS
rambut
· Penderita Diabetes Mellitus yang sudah menahun dan tak terawat secara baik, biasanya rambutnya lebih tipis.
· Bila akar rambut terserang, rambut mudah rontok
·  Rontok rambut ini dapat sembuh kembali dalam 2 atau 3 bulan, jika Diabetes Mellitus segera dirawat dengan baik, diberi vitamin (beta karoten, vitamin E dan C) dan mineral, serta cairan penguat akar rambut atau hairtonic.
Telinga
· Karena urat syaraf bagian pendengaran penderita Diabetes Mellitus mudah rusak, telinga sering mendenging.
· Bila keadaan ini tidak segera diobati atau dirawat dengan baik, pendengarannya akan merosot bahkan bisa menjadi tuli
Mata
· Bila kadar glukosa dalam darah mendadak tinggi, lensa mata menjadi cembung dan penderita mengeluh kabur, biasanya penderita akan sering mengganti kacamata.
· Penyakit ini dapat menjadikan lensa mata menjadi keruh (tampak putih) dan biasanya menjadi kabur yang disebut katarak. Bila katarak sudah tebal, harus dioperasi.
· Komplikasi menahun pada mata yang lain adalah meningkatnya tekan bola mata yang disebut glaucoma, keadaan ini sering ditandai dengan rasa pusing disekitar mata.
· Produksi air mata cenderung berkurang sehingga memerlukan obat tetes mata.
· Keadaan ini biasanya akan timbul sesudah mengidap lebih dari 10 –15 tahun. Adalah terganggunya alat penerima sinar atau retina yang terletak dibelakang lensa mata. Gangguan pada retina mata ini disebut retinopati diabetic.
Lidah
· Lidah penderita sering membesar dan tebal bila sudah lama mengidap penyakit ini
· Kadang timbul gangguan rasa sensitivitas pada lidah atau rasa makannya terganggu

Saliva
· Ludah penderita seringkali menjadi lebih kental, sehingga mulutnya terasa kering yang disebut Xerostomia Diabetic. Sebaliknya ludah kadang-kadang berlebihan yang disebut Hipersavili Diabetic.
Gigi dan gusi
· jaringan yang mengikat gigi pada rahang yang disebut periodonsium mudah rusak, gigi penderita Diabetes Mellitus mudah goyah bahkan mudah lepas. Makanya penderita Diabetes Mellitus jangan terburu-buru mencabut gigi bila giginya mudah goyah, tetapi rawatlah dulu Diabetes Mellitusnya
· Gusi penderita Diabetes Mellitus seringkali bengkak dan infeksi. Karena sering mengalami infeksi, bau mulut penderita Diabetes Mellitus sering kurang enak (foetor exoris diabetic).
Paru
· Penderita Diabetes Mellitus kalau batuk biasanya berlangsung lama, pertahanan tubuhnya menurun bila dibandingkan dengan orang normal, dan biasanya mudah terserang TBC. Agar TBC paru cepat sembuh harus segera dirawat dengan baik.
Jantung
· Penderita Diabetes Mellitus lebih mudah menderita penyakit jantung koroner yaitu penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner. Jika ini terjadi, otot jantung akan kekurangan oksigen dari makanan, dan akan menjadi lemah atau sebagian jantung mati. Keadaan ini disebut infark jantung (infark mokard akut). Penderita mudah sesak nafas ketika jalan atau naik tangga yang disebut payah jantung atau Dekompensasi cordis.
Liver
Penderita yang tidak dirawat dengan baik, akan menderita penyakit lever akibat diabetesnya. Jadi bukan karena kekurang glukosa dalam hati. Kelainan ini disebut penyakit hati diabetic. Selain itu juga mudah terserang penyakit radang hati karena virus hepatitis B dan C, oleh karena itu penderita Diabetes Mellitus harus menjauhkan diri dari penderita hepatitis. penderita hepatitis yang kronik dapat pula menderita Diabetes Mellitus bila sudah banyak sel hati yang rusak.
Merupakan anggapan yang keliru jika penderita Diabetes juga menderita penyakit hati karena kekurangan glukosa, padahal yang benar :
·  Penderita Diabetes tidak boleh minum glukosa, meskipun juga menderita penyakit lever
· Penderita ini mudah menderita penyakit hati karena tidak dirawat dengan baik
Lambung
· Karena sudah lama menderita Diabetes Mellitus akhirnya urat syaraf yang memelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung menjadi lemah
· Keadaan ini akan menimbulkan rasa mual, perut terasa penuh, kembung, makanan tidak lekas turun, kadang-kadang timbul rasa sakit di ulu hati. Tapi kalau dirawat dengan baik akan hilang dalam 10 – 20 hari
Usus
· Gangguan pada usus yang sering dialami penderita adalah sukar buang air besar.
· Dengan merawat Diabetes Mellitus sesuai dengan petunjuk, minum banyak, banyak makan sayuran, olahraga secara teratur serta minum obat-obatan tertentu. Keluhan tersebut akan berkurang dalam waktu yang relatif lama. Keluhan tersebut disebut Obtipasi Diabetic.
· Keadaan sebaliknya kadang menunjukkan keluhan diare, kotoran banyak mengandung air tanpa mules. Sering timbul pada malam hari, dapat terjadi 4 – 5 hari yang disebut Diare Diabetic.
Ginjal
· Dibandingkan dengan orang normal, penderita lebih cenderung mengalami gangguan fungsi ginjal yang disebabkan oleh faktor infeksi yang berulang-ulang yang dialami penderita Diabetes Mellitus
· Adanya faktor penyempitan pembuluh darah kapiler yang disebut Mikrongiopati Diabetic di dalam ginjal
· Maniferstasi komplikasi Mikroangiopati Diabetic pada ginjal disebut Nefropati Diabetes dan mempunyai 4 tipe atau stadium yaitu :
·  Tipe B Stadium I
· Tipe B2 Stadium II
· Tipe B3 Stadium III
· Tipe Bc Stadium IV stadium terminal (stadium akhir)
Pada stadium III atau IV, fungsi ginjal sangat jelek dan seringkali penderita perlu mengalami cuci darah atau Hemodialisis
Kandung kemih
· Kandung kemih penderita ini harus diperhatikan karena sering mengalami infeksi saluran kemih. Jika ini terjadi penderita sulit buang air kecil, urine tertimbun dan tertahan di dalam kantong kemih, keadaan ini disebut Retensio Urine.
· Sebaliknya bila sifat kontrol urat syarafnya terganggu, penderita sering ngompol atau kencing keluar sendiri yang disebut Inkontinensia Urine.
Pembuluh darah
· Lumpuh atau lemah separo
· Bila lumpuh disebelah kanan dapat disertai gangguan bicara bahkan bisu
· Bila sumbatan terjadi di daerah yang penting penderita bisa meninggal dunia
· Bila keadaan tersebut terjadi atasi segera dengan merawat Diabetes Mellitusnya di rumah sakit dengan memberikan tablet Aspirin, suntikan dan tablet Persantin serta obat-obatan lain golongan OAAT (Obat Anti Agregasi Trombosit)
Komplikasi yang paling berbahaya pada penderita ini adalah komplikasi pada pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah pada penderita ini disebut Angiopati Diabetic. Sedangkan Angiopati Diabetic pada pembulug darah kapiler disebut Mikroangiopatik Diabetic. Misalnya pada retina mata disebut Retinopati Diabetic dan pada ginjal disebut Neropati Diabetic. Secara medik, penderita Diabetes Mellitus ditentukan oleh kualita pembuluh darah
Kondisi seksual
Selama urat syaraf yang memelihara alat seksual tidak terganggu, biasanya kemampuan seksual penderita tetap normal. Tetapi jika kerusakaan syarafnya sudah berat dan permanen, biasanya penderita akan menjadi impoten. Impoten ini pada umumnya tidak boleh diobati dengan suntikan hormon seks pria yang disebut Testosterone karena biasanya kadar hormon testosterone penderita Diabetes Mellitus masih normal. Impotensi pada penderita Diabetes Mellitus dapat dibedakan atas dua jenis yaitu impotensi neurogenik dan impotensi psikogenik.
Saraf
Karena kadar glukosa demikian tinggi, keadaan ini merusak urat syaraf. Kelainan urat syaraf akibat Diabetes Mellitus disebut Neuropati Diabetic.
Gejala Neuropati Diabetic yang sering muncul adalah :
· Kesemutan
· Rasa panas atau rasa tertusuk-tusuk jarum
· Bila rasa tebal terjadi ditelapak kaki penderita merasa seperti berjalan di atas kasur.
· Bahkan sering ketinggal sandalnya di tenpat tertentu
· Kram
· Badan sakit semua, terutama pada malam hari
· Bila kerusakkan itu terjadi pada banyak urat syaraf disebut Polineuropati Diabetic
· Jalan penderita akan pincang dan ototnya menjadi mengecil yang disebut Atrofi
· Semua kelainan syaraf akibat Diabetes Mellitus ini dapat diatasi bila keadaannya belum terlambat.

Minggu, 16 November 2008

MEMINUM SUSU MENGGUNAKAN BOTOL MENYEBABKAN KARIES YANG PARAH PADA ANAK

MEMINUM SUSU MENGGUNAKAN BOTOL MENYEBABKAN KARIES YANG PARAH PADA ANAK
Oleh: R. Syaifuddin
Tugas makalah mata kuliah Ilmu Kesehatan Gigi Anak II
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
tahun 2007

Pendahuluan
Karies gigi atau gigi berlubang merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering kita jumpai di masyarakat saat ini, penyakit ini dapat terjadi pada semua usia, baik balita, anak- anak, remaja, maupun orang dewasa. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang terjadi pada jaringan keras gigi (email dan dentin) dan diawali dengan demineraliasasi komponen anorganik gigi dan kemudian diikuti dengan hancurnya matriks organik gigi.
Karies merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor, yakni ada empat faktor utana yang sangat berpengaruh terhadapa terjadinya karies; antara lain: gigi, mikroorganisme (terutama jenis streptokokus mutans, atau laktobasilus), lingkungan (substat) dan waktu. Jika tidak ada interaksi antara keempat faktor tersebut, maka karies gigi tidak akan terjadi. Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak pada permukaan gigi, dimana gula dari sisa makanan dan bakteri akan menempel pada waktu tertentu dan berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (sekitar pH 5,5) dan menyebabkan demineralisasi email, yang akan berlanjut menjadi karies gigi.
Karies gigi yang terjadi pada anak-anak atau balita dapat dijumpai berupa kerusakan gigi yang parah mengenai sebagian besar giginya. Itu biasanya, akibat pemberian susu atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada permukaan gigi serta makanan manis dan lengket lainnya. Kondisi yang memperparah terjadinya karies pada anak ini adalah karena ketidakpahaman orang tua terhadap penyebab utama terjadinya karies tersebut, dimana karies tersebut dipicu oleh pemberian larutan yang manis, seperti air susu, soft drink menggunakan botol, serta air susu ibu yang cara pemberian, frekuensi serta intensitasnya kurang tepat. Lamanya larutan tersebut berada di rongga mulut, seperti ketika anak tertidur sambil mengemut (mengedot) soft drink air air susu dalam botol ataupun air susu ibu lebih memeperparah terjadinya karies, bahkan dapat terjadi rampan karies pada gigi anak tersebut. Kejadian ini disebut dengan istilah nursing-bottle caries / Baby Bottle Tooth Decay / nursing caries / bottle caries / infant caries / early childhood caries, yang sering dijumpai pada anak usia 71 bulan kebawah dengan kerusakan pada gigi insisivus atas, gigi molar, dan gigi insisivus bawah. Karies yang terjadi pada gigi anak ini dapat menimbulkan rasa sakit/ nyeri, maka anak akan kehilangan selera makan dan kadang dapat terjadi demam serta proses mengunyah makanan akan terganggu, sehingga anak menjadi malas makan dan akhirnya menjadi kurus. Dalam hal ini, secara tidak lansung, karies pada anak akan mempengaruhi proses timbuh kembang dan pertumbuhan gigi permanen anak.
Usaha pencegahan karies pada anak harus dilakukan sedini mungkin, yakni ketika gigi desiduinya mulai tumbuh. Usaha yang dapat dilakukan ketika gigi desiduinya telah tumbuh adalah dengan menghilangkan plak secara periodik, mengurangi paparan asam terhadap gigi, meningkatkan daya tahan gigi (misalnya dengan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor atau mengkonsumsi tablet fluor dengan dosis yang tepat), menurunkan jumlah kuman (misalnya dengan berkumur antiseptic), mengatur pola makan (mengurangi mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula), menyikat gigi dengan teratur (setelah makan dan sebelum tidur), merubah kebiasaan minum susu dari botol ke minum dari gelas, dan jangan biarkan anak minum susu sambil tertidur.

Gambar karies pada gigi desidui

Definisi
Karies gigi merupakan suatu penyakit yang menyerang jaringan keras gigi; diawali dengan terjadinya demineralisasi komponen anorganik gigi dan diikuti dengan hancurnya matriks organik gigi. Demineralisasi yang terjadi disebabkan karena adanya asam hasil metabolisme karbohidrat oleh mikrooorganisme yang terdapat di dalam rongga mulut (wardani, 2007)
Early Childhood Caries (ECC) merupakan keadaan terdapatnya satu atau lebih gigi yang mengalami karies (baik berlubang atau belum berlubang), gigi hilang (karena karies) atau tumpatan pada permukaan gigi desidui yang terjadi pada anak usia kurang atau sama dengan 71 bulan, (ADA, 2000)
Baby Bottle Tooth Decay (BBTD) merupakan suatu keadaan yang terdapat pada anak-anak berusia sangat muda (12 - 36 bulan), yang mempunyai kebiasaan mengedot botol berisi susu atau cairan lain yang mengandung karbohidrat, semenjak berbaring sampai tertidur.
Baby Bottle Caries (Nursing Bottle Caries) merupakan keadaan gigi karies pada anak kecil dan prasekolah yang meminum minuman yang mengandung gula dengan menggunakan botol dengan waktu paparan yang lama (seperti ketika tidur siang atau tidur malam)

nama lain
Early Childhood Caries (ECC), Baby Bottle Tooth Decay (BBTD), Baby Bottle Caries, Nursing Bottle Caries, Nursing Bottle Caries, Nursing bottle syndrome, Night Bottle syndrome, Bottle Mouth, Baby Bottle Caries, Nursing Mouth, dan Labial Caries

faktor penyebab terjadinya karies
Faktor utama penyebab terjadinya proses karies adalah tersebut dibawah ini. Karies akan terjadi jika terdapat kombinasi/ interaksi antara factor- factor di bawah ini, namun jika salah satu saja faktor tidak beinteraksi, maka proses karies tidak akan terjadi. Faktor- faktor tersebut antara lain:
1. Gigi
Gigi desidui biasanya mulai erupsi pada tahun pertama. Gigi pertama yang erupsi adalah gigi insisvus pertama bawah sekitar umur 6- 8 bulanan, kemudian diikuti oleh erupsi gigi insisivus pertama atas. Pada umur 12 bulan biasanya seluruh gigi anterior rahang bawah dan rahang atas telah erupsi. Waktu erupsi gigi sangat bervariasi antara individu (anak) yang satu dengan yang lain, factor asupan nutrisi merupakan salah satu yang mempengaruhinya
2. bakteri
Salah satu bakteri yang penting di dalam rongga mulut adalah Streptococcus mutans. Bakteri ini tidak tampak pada rongga mulut anak hingga giginya erupsi. Streptococcus mutans tidak melekat secara kuat pada gigi, sehingga membutuhkan plak yang telah terbentuk sebagai awal pembentukan kolonisasi bakteri. Kebanyakan anak kecil terinfeksi bakteri ini dari orang tuanya, saudara kandung atau individu lain yang berkontak dengannya. Kebanyakan, ibu dianggap sebagai sumber utama terjadinya penyakit ini. Anak yang ibunya memiliki jumlah S. mutans yang tinggi (ibu yang memilki resiko karies tinggi) kolonisasi bakterinya lebih cepat daripada anak yang memiliki ibu dengan jumlah S. mutans yang rendah pada sailvanya. Infeksi yang kecil dapat membanntu perkemabangan penyakit ini. Perlindungan penyakit ini sebaiknya dilakukan dengan terapi preventif yang dilakukan pada orang tua. Ungkapan “ kita semua mempunyai gigi yang jelek” dapat diartikan bahwa “kita semua mempunyai bakteri yang sama”
3. substrat
substrat bagi S. mutans dapat berasal dari jus, susu, formula atau larutan yang manis dan bisa menyebabkan terjadinya fermentasi karbohidrat. Bakteri di dalam rongga mulut menggunakan gula sebagai makanan utamanya, kemudian mereka memproduksi asam yang akan merusak gigi, asam menyerang gigi sekitar 20 menit atau lebih, beberapa waktu kemudian gigi akan berlubang dan rusak. Ini bukan berarti bahwa apa yang terdapat pada mulut atau botol menyebabkan gigi berlubang, tapi seberapa sering dan lamanya cairan/ larutan manis (mengandung banyak gula) tersebut berada di dalam mulut dan berkontak dengan gigi
4. waktu
bakteri dan substrat membutuhkan waktu yang lama untuk demineralisasi dan progresi karies. Meminum denganmenggunakan botol ketika istirahat atau tidur sangat tidak baik, cairannya mungkin akan menggenangi rongga mulut (gigi) untuk beberapa waktu (jam). Umumnya, gigi desidui yang mudah terinfeksi adalah gigi anterior rahang atas, dan pada gigi rahang bawah lebih sedikit terkena karena terlindungi oleh lidah. Genangan susu, jus, formula, larutan yang manis atau air susu (ibu) pada rongga mulut saat tidur ditemukan terjadinya fermentasi yang berasal dari gula larutan tersebut dan akan membantu terjadinya karies

Pembahasan
Keberadaan gigi desidui pada anak sangatlah penting, sehingga membutuhkan gigi yang sehat dan kuat untuk fungsi mengunyah makanan, berbicara dan terlihat bagus saat tersenyum (fungsi estetik). Yang paling penting adalah, untuk proses tumbuh kembang dan erupsi gigi permanennya, yakni berfungsi untuk menjaga ruang pada rahang untuk erupsi gigi permanennya. Jika anak kehilangan gigi desiduinya terlalu dini, maka kehilangan gigi tersebut akan berpengaruh pada didi sebelahnya, dimana gigi sebelahnya akan bergerak ke ruang kosong yang ditinggalkan oleh gigi yang hilang tersebut, kemudian ketika gigi permanent erupsi, mungkin tidak ada ruang untuk gigi permanen tersebut , sehingga pada giginya akan terjadi crooked (bengkok) atau crowded (berjejal).
Anak yang gigi desiduinya telah erupsi dapat terserang karies, ini berarti bahwa anak dapat terserang karies ketika usianya masih kurang dari satu tahun. Karies yang terjadi pada anak ini disebut dengan Early Childhood Caries (ECC). ECC merupakan masalah berat yang menyebabkan kerusakan gigi pada anak. Prevalensi terjadinya karies ini pada suatu populasi dapat mencapai 90 persen, ini merupakan angka yang sangat tinggi. Namun demikian, menurut American Academy of Pediatric Dentistry, mengunjungi dokter gigi sejak usia anak menginjak tahun pertama, ECC dapat dicegah dengan mudah.
Early Childhood Caries (ECC) merupakan bentuk spesifik dari karies hebat yang ditemukan pada gigi desidui anak. Anak yang mempunyai penyakit ini, biasanya anak yang mempunyai kebiasaan tidur sambil meminum (mengedot) susu, jus atau cairan manis lainnya. ECC juga dikenal dengan sebutan Baby Bottle Tooth Decay (BBTD), Nursing Bottle Caries dan Milk Bottle Syndrome, dan banyak lagi istilah lainnya. Karies semacam ini hanya terjadi pada anak yang usianya kurang dari tiga tahun, yakni pada gigi desidui saja
Bakteri kariogenik yang terdapat di rongga mulut, terutama Streptococcus mutans, baru terdapat di rongga mulut setelah gigi desidui erupsi. Bakteri yang ditemukan di dalam rongga mulut ini, akan merubah gula menjadi asam dan kemudian asam ini dapat merusak enamel dan dentin gigi. Aliran saliva di dalam rongga mulut dapat membantu membersihkan asam yang menempel pada permukaan gigi. Namun, ketika anak tidur aliran saliva secara signifikan akan berkurang dan kondisi ini akan diikuti oleh tergenangnya asam, yang dihasilkan dari fermentasi gula yang terdapat pada susu dan larutan manis yang mengandung gula lainnya, di dalam rongga mulut dan akan memepercepat terbentuknya karies.
Umumnya, empat gigi anterior (gigi depan) rahang atas merupakan gigi yang mudah terserang ECC, yang ditandai dengan tampaknya titik atau garis pucat pada gigi yang menandakan terjadi dekalsifikasi oleh asam pada gigi tersebut. Jika gigi dibiarkan tidak terawat atau dianggap enteng, maka nyeri pada kavitas akan berkembang. Gigi pertama anak akan erupsi sekitar umur 6- 8 tahun, dan biasanya kedua puluh giginya akan tumbuh sekitar 2- 2,5 tahun. Kehilangan gigi yang terlalu dini dapat menyebabkan erupsi yang terblok, drifting, crooking dan crowding pada gigi permanent. Anak yang kehilangan gigi desiduinya yang terlalu dini, kemungkinan besar ke depannya membutuhkan perawatan orthodonsia (braket). Jika abses atau infeksi terdapat di sekitar gigi yang menderita ECC, ini dapat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang gigi permanennya
Nursing Bottle Caries/ Nursing bottle syndrome adalah suatu keadaan yang terdapat pada anak-anak berusia sangat muda (12 - 36 bulan),yakni anak yang mempunyai kebiasaan mengedot botol berisi susu atau cairan lain yang mengandung karbohidrat, semenjak berbaring sampai tertidur. Nursing Bottle Caries juga terjadi pada anak-anak yang hanya menyusu pada ibunya. Padahal karies gigi semacam itu , lebih-lebih yang tidak dirawat; pada gilirannya akan sangat merugikan kesehatan anak secara umum. Karies gigi jenis ini, yang keadaannya mirip Rampant Caries, mempunyai pola yang khas. Proses terbentuknya pola tersebut erat hubungannya dengan kebiasaan pemberian makanan, yaitu diperbolehkannya anak untuk mengedot botol sampai tertidur, Menurut Para ahli, dalam tingkat keparahan yang bagaimanapun, pola Nursing Bottle Caries adalah sebagai berikut. Ada yang menyebutkan, gigi pertama yang terkena adalah gigi insivus pertama rahang atas pada permukaan lingual, mesial, dan distal. Setelah itu, gigi insivus lateral atas pada permukaan labial, lingual, mesial, dan distal. Kemudian , permukaan oklusal gigi molar satu atas dan satu bawah. Bila kebiasaan pemberian makanan sampai anak tertidur berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka akan terjadi keadaan iebih lanjut, yaitu karies akan tampak pada permukaan oklusal molar dua atas serta bawah, dan yang terakhir adalah gigi insivus bawah.
Akhir-akhir ini, seperti telah diutarakan sebelumnya, beberapa ahli ilmu kesehatan gigi anak berhasil membuktikan bahwa karies gigi yang polanya identik dengan Nursing Bottle Caries juga terjadi pada anak-anak yang hanya menyusu pada ibunya (ASI). Menurut Lawrence A. Kotlow, hal itu dimungkinkan karena sebagian besar penderita yang menyusu pada ibunya sampai berusia lebih dari dua dan tiga tahun. Dalam periode tersebut, setiap harinya mereka diperbolehkan menyusu sampai beberapa jam, dan bahkan sering tertidur dalam keadaan dimana puting susu ibu masih berada di rongga mulutnya. Peristiwa tersebut dapat terjadi dua sampai tiga kali perhari, dan kadang-kadang malah berlangsung sepanjang malam. Bila penjelasan Kotlow diperhatikan dengan seksama, maka yang sesungguhnya telah terjadi adalah : pertama , bahwa ASI juga merupakan penyebab terjadinya kaies gigi. Kedua, bahwa kebiasaan pemberian makanan, dalam hal ini diperbolehkannya anak-anak menyusu ibu sampai tertidur, adalah faktor yang berperan tergadap pola khas dari jenis karies tersebut diatas. Dan Ketiga, diperbolehkannya anak-anak mengedot botol berisi susu atau cairan lain yang mengandung karbohidrat sampai tertidur, bukanlah satu- satunya penyebab terjadinya karies gigi dengan pola khas pada anak-anak berusia sangat muda.
Orang tua (ibu) yang suka mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis, pemakaian fluoride yang jarang (rendah), oral hygiene yang buruk, jarang memeriksakan atau merawat kariesnya ke dokter gigi, serta banyaknya tumpatan pada giginya mengindikasikan bahwa ibu tersebut mempunyai resiko karies yang tinggi. Dental history dari ibu memiliki korelasi dengan kondisi kesehatan gigi dan mulut pada anaknya. Beberapa observasi pada dua pertiga jumlah ibu yang seperti disebutkan di atas, disebutkan bahwa pada mulut/ gigi anaknya cenderung memiliki kolonisasi yang cepat ketika ibunya memiliki flora kariogenik yang tinggi di dalam rongga mulutnya. Sedangkan pada ibu yang memiliki karies dalam tingkatan yang sedang, kolonisasi bakteri yang terjadi pada rongga mulut anak lebih rendah.
Terkadang beberapa orang tua tidak menyadari bahwa gigi anaknya berlubang setelah melihat mulut anaknya. Ketika keberadaan karies diketahui, mungkin sudah terlambat untuk melindungi giginya. Cara terbaik yang dapat dilakukan adalah tindakan pencegahan, tetapi gigi yang telah terserang karies masih dapat dirawat jika interfeksi dan penyebabnya segera dihentikan/ dihilangkan. mengurangi jumlah bakteri penyebab karies ini, S. mutans, pada ibunya mungkin bisa mengurangi resiko perkembangan ECC pada anak. Jadi, hendaknya ibu harus berkunjung ke dokter gigi untuk menjamin kesehatan gigi dan mulutnya sendiri yang nantinya secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan gigi dan mulut anaknya.

Pencegahan
Pencegahan terhadap karies ini harus dilakukan secepatnya, ketika gigi desidui anak telah erupsi. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegahterjadinya karies ini adalah tersebut di bawah ini, antara lain:
1. setelah diberi makan, bersihkan gusi anak dengan kain/ lap bersih. Kemudian bersihkan/ sikat gigi anak, jika giginya sudah erupsi. Bersihkan dan pijat gusi pada area yang ompong dan mulai flossing semua gigi anak yang telah erupsi, biasanya pada usia 2- 2,5 tahun.
2. jangan pernah membiarkan anak tertidur sambil minum melalui botol yang berisi susu, formula atau jus buah atau larutan yang manis
3. jika anak membutuhkan dot untuk pemberian makan yang reguler, pada malam hari, atau hingga tertidur, berilah anak dot bersih yang direkomendasikan oleh dokter gigi atau dokter anak. Jangan pernah memasukkan dot dengan minuman yang manis
4. hindari mengisi botol minum anak dengan larutan seperti air gula dan soft drink
5. jika air yang akan diberikan kepada anaka tidak mengandung fluoride, tanyalah dokter gigi apa yang sebaiknya diberikan pada anak.
6. mulailah berkunjung ke dokter gigi sejak tahun pertama kelahiran, buatlah kunjungan secara teratur. Jika anak mempunyai masalah dengan giginya, segera periksakan ke dokter gigi.
Cara pencegahan lain yang dapat dilakukan pada anak yang terbiasa manggunakan botol hingga tertidur adalah sebagai berikut:
1. jangan pernah meletakkan botol minuman pada tempat tidur anak
pada usia 7- 8 bulan, kebanyakan anak- anak tidak menginginkan diberi makan sampai malam hari. Anak yang meminum menggunakan botol sambil berbaring lebih mudah terkena infeksi pada telinganya
2. berikan botol hanya ketika makan saja
jangan gunakan botol minuman sebagai dot, jangan biarkan anak berjalan sambil meminumnya dalam waktu yang lama. Ini tidak hanya menyebabkan karies, tetapi juga anak dapat menderita cedera pada giginya ketika mereka terjatuh sambil mengedot.
3. ajari anak meminum dengan gelas/ cangkir
ini dilakukan secepat mungkin, biasanya sejak tahun pertama. Meminum dengan cangkir/ gelas tidak menyebabkan cairan tergenang di sekitar gigi, dan cangkir tidak dapat digunakan sambil berbaring
4. gunakan air yang besih dan sikat gigi ukuran anak untuk pembersihan setiap hari
5. hentikan kebiasaan menggunakan botol pada usia 12- 14 bulan
6. ketika usia anak menginjak umur 2 tahun, orang tua harus menyikat gigi anaknya satu atau dua kali sehari, yakni setelah sarapan dan sebelum tidur. Jika yakin bahwa anak akan meludahkan dan tidak menelan pasta gigi, maka gunakanlah pasta gigi yang ber-flouride
antisipasi yang dapat dilkukan pada ibu untuk mencegah terjadinya karies pada anak, adalah sebagi berikut:
1. oral hygiene
orang tua harus diinstruksikan untuk menyikat giginya dua kali sehari, yakni setelah makan atau minum susu dan sebelum tidur, serta mengunakan dental floss paling tidak satu kali sehari
2. diet
orang tua harus diinstruksikan mengkonsumsi jus buah hanya satu kali sehari dan menghindari semua minuman berkarbonat sampai anak berusia 30 bulan.
3. fluoride
orang tua harus diinstruksikan untuk menggunakan pasta gig yang mengandung fluoride yang disetujui oleh ADA dan berkumurlah dengan obat kumur yang tanpa alkohol
4. menghilangkan karies
pasien harus disuruh ke dokter gigi untuk memeriksakan kariesnya dan menumpatnya sesegera mungkin
5. menunda kolonisasi
ibu harus diajari cara mencegah kolonisasi bakteri pada anaknya, yakni menghindari pemberian sendok makan kepada mulut anak, dimana sebelumnya sendoknya telah masuk ke mulut ibunya dan hindari penggunaan lap yang telah terkena saliva ibu untuk membersihkan mulut anaknya
7. mengunyah permen karet Xylitol
ibu disuruh untuk mengunyah permen karet Xylitol empat potong dalam sehari

Perawatan
Deteksi demineralisasi pada gigi yang cepat, berupa titik atau garis putih pucat dapat dilakukan remineralisasi dengan menggunakan aplikasi fluoride dan modifikasi pola makannya. Kunjungan pertama anak ke dokter gigi dapat membantu untuk mengevaluasi resiko karies anak. Dokter gigi anak akan menganjurkan dara pencegahan dan perawatan penyakit ini. Jika karies jelas terlihat dan meliputi seluruh gigi diindikasikan menggunakan stailess steel crown (SSC) atau veneer crown. Bahan perekat mempunyai prognosis yang jelek pada gigi desidui anterior karena retensi yang luas dan karies dapat kambuh lagi. Jika karies telah mencapai ruang pulpa, maka perawatan pulpa atau ekstraksi butuh dipertimbangkan. Space Maintener secara umum tidak dibutuhkan untuk kasus ini (biasanya gigi anterior desidui mempunyai ruang, sedangkan Space Maintener diperlukan untuk gigi posterior desidui)
Pada anak yang kurang kooperatif saat dilakukan perawatan, mungkin dibutuhkan zat sedasi atau general anesthesia untuk menyempurnakan/ memudahkan perawatan.

Kesimpulan
karies pada anak merupakan masalah serius yang dihadapi setiapa orang tua, karena karies yang terjadi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak, termasuk tumbuh kembang dan erupsi gigi permanennya. Karies yang terjadi pada anak sebagian besar disebabkan mengkonsumsi susu atau air cairan manis lainnya dengan menggunakan botol. Pemberian susu menggunakan botol ketika anak berbaring hingga tertidur dapat menyebabkan karies yang parah pada anak, kondisi seperti ini disebut dengan Baby Bottle Tooth Decay (BBTD) atau Baby Bottle Caries. Untuk mencegah terjadinya karies semacam ini, maka peran dan perhatian orang tua terhadap anaknya sangat dibutuhkan, yakni antara lain jangan memberikan minuman manis atau susu kepada anak ketika akan tidur, biasakan menbersihkan/ menyikat gigi anak, dan cegah kolonisasi bakteri pada anak, karena kolonisasi bakteri pada rongga mulut anak terjadi setelah gigi desidui mulai tumbuh. Perawatan kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut ibu juga harus diperhatikan dan secara rutin mengunjungi dokter gigi.

Daftar Pustaka
American academy of pediatric dentistry. Policy on Baby bottle Tooth Decay (BBTD)/ Early Childhood Caries. 2003- 2003 reffrence manual: 23

Hwahoon Jeong. 2002. Baby-Bottle Caries. Reprinted from the Fort Knox, Ky., Inside the Turret. Available at Army medicine

Kohler B, Andersen I, Jonsson B, The effects of caries preventive measures in mother on dental caries and the oral presence of ther bacteria Streptococcus mutans and lactobacilli in their children. Arch Oral Biol. 1984;29:879-883

Berkowitz RJ, Jones P. Mouth to mouth transmission of the bacterium Streptococcus mutans between mother and child. Arch Oral Biol. 1985;30:377-379

Proceedings. Conference on early childhood caries, Bethesda, MD, October 1997. Community Dent Oral Epidemiol. 1998;26(suppl)

American Academy of Pediateric dentistry. Policy statement on the use of fluoride. Pediatr Dent. 2001;23(S1,7):14
American Academy of Pediateric dentistry, medical home initiatives for children with special needs project Advisory committee. The medical home. Pediatric. 2002;110:184-186

Isokangas P, Solderling E, Pienihakkien K, Alanen P. Occurrence of dental decay in children after maternal consumption of Xylitol chewing gum, a follow- up from 0 to 5 years age. J Dent Res. 2000;79:1885-1889

American dental Association. Caries diagnosis and risk assessment: a review of preventive strategies and management. J am Dent Assoc. 1995;126(suppl)1S-24S

American Academy of Pediateric dentistry. Guilaline of infant oral health care. Pediatr Dent. 2002; 24(7):47

American Dental Association. 2000. ADA Statement on early childhood caries. Available at www.ada.com

American Dental Association. 2000. early childhood tooth decay (baby bottle tooth decay). Available at www.ada.com
American Academy of Family Physicians. 2000. Taking Care of Your Child's Teeth. Available at www. familydoctor.org

American Academy of Pediatric Dentistry. 2000. baby bottle tooth decay.

Minggu, 21 September 2008

gigi impaksi nyebabin nyeri berat pada gigi geraham bungsu yang ga bisa erupsi



Impaksi gigi molar (geraham) adalah gigi molar ketiga yang gagal untuk erupsi (tumbuh) secara sempurna pada posisinya. Gigi terhalang oleh gigi depannya (molar dua) atau jaringan tulang/jaringan lunak yang padat di sekitarnya. Kemungkinannya, gigi bisa muncul sebagian atau tidak bisa erupsi sama sekali. Kalaupun muncul, erupsinya salah arah atau posisinya tidak normal. Gigi demikian bisa digolongkan sebagai gigi yang gagal bererupsi pada posisi normal.

Posisi impaksi gigi molar bisa macam-macam. Ada yang miring ke depan, vertikal dan muncul sebagian, serta terpendam horisontal atau vertikal. Semua itu tergantung letak dan posisi gigi molar tiga terhadap rahang dan geraham kedua (molar kedua), atau kedalamannya menancap di dalam tulang rahang.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan gigi mengalami impaksi. Karena jaringan sekitarnya yang terlalu padat, adanya retensi gigi susu yang berlebihan, tanggalnya gigi susu terlalu awal, proses pertumbuhan terhambat, arah pertumbuhan, arah erupsi, dan pengaruh garis oblik eksternal dan otot buksinator. Bisa juga karena tidak adanya tempat untuk erupsi. Rahang "kesempitan" gara-gara pertumbuhan tulang rahang kurang sempurna.

Ada teori lain. Pertumbuhan rahang dan gigi mempunyai tendensi bergerak maju ke arah depan. Apabila pergerakan ini terhambat oleh sesuatu yang merintangi, bisa terjadi impaksi gigi. Misalnya, karena infeksi, trauma, malposisi gigi, atau gigi susu tanggal sebelum waktunya.

Sementara, menurut teori Mendel, pertumbuhan rahang dan gigi dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika salah satu orang tua (ibu) mempunyai rahang kecil, dan bapak bergigi besar-besar, ada kemungkinan salah seorang anaknya berahang kecil dan bergigi besar-besar. Akibatnya, bisa terjadi kekurangan tempat erupsi gigi molar ketiga, dan terjadilah impaksi.

Sempitnya ruang erupsi gigi molar ketiga, menurut drg. Danardono, itu karena pertumbuhan rahangnya kurang sempurna. Hal ini bisa karena perubahan pola makan. Manusia sekarang cenderung menyantap makanan lunak, sehingga kurang merangsang pertumbuhan tulang rahang.

Makanan lunak yang mudah ditelan menjadikan rahang tak aktif mengunyah. Sedangkan makanan banyak serat perlu kekuatan rahang untuk mengunyah lebih lama. Proses pengunyahan lebih lama justru menjadikan rahang berkembang lebih baik. Seperti diketahui, sendi-sendi di ujung rahang merupakan titik tumbuh atau berkembangnya rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu pun kurang aktif, sehingga rahang tidak berkembang semestinya. Rahang yang harusnya cukup untuk menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya, gigi molar ketiga yang selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat untuk tumbuh normal. Maka, untuk mendukung perkembangan rahang, sebaiknya sering-sering mengkonsumsi makanan berserat supaya gigi jadi lebih aktif menggigit, memotong, dan mengunyah. Rahang pun menjadi makin aktif dan diharapkan akan tumbuh normal.



Gigi molar ketiga yang mengalami impaksi sering menimbulkan komplikasi yaitu:

☑ Perikoronitis merupakan suatu kondisi yang umum dijumpai pada molar tiga yang impaksi dan cenderung muncul berulang, bila molar ketiga belum erupsi sempurna. Akibatnya, dapat terjadi kerusakan tulang di antara gigi molar ketiga dan molar depannya (molar kedua).



☑ Tekanan mahkota gigi molar ketiga yang erupsi pada permukaan akar molar depannya dapat menyebabkan resorpsi patologis. Misalnya, hilangnya lapisan semen gigi bahkan bisa menimbulkan kematian gigi molar kedua.



☑ Gigi molar ketiga yang impaksi juga dapat melemahkan bagian belakang rahang bawah. Bila terjadi trauma pada bagian wajah, maka pada sisi itu sering terjadi fraktur (retak) tulang rahang.



☑ Rasa sakit idiopatik merupakan rasa sakit gigi pada molar ketiga yang tidak jelas atau rasa sakit yang menyebar ke bagian leher dan kepala. Kadang-kadang pasien mengeluh sakit meski secara klinis dan rontgen tak ada yang tidak normal kecuali adanya gigi impaksi tertanam dalam sekali. Impaksi gigi molar ketiga kadang-kadang tampak pada waktu dilakukan pemeriksaan rontgen rutin seputar daerah tidak bergigi pada rahang bawah. Penekanan selaput lendir antara mahkota molar ketiga dan protesa menyebabkan rasa sakit. Tekanan pada gusi yang menutupi menyebabkan kematian sel dan dapat menimbulkan penyebaran infeksi.



☑ Gigi molar tiga yang impaksi adakalanya tidak menimbulkan keluhan maupun gejala klinis. Meskipun demikian, kalau molar tiga dibiarkan bertancap di tempatnya, ada kemungkinan dapat memperburuk keadaan, misalnya pada penderita kelainan jantung akut, kelainan pembekuan darah, dan menjadikan tidak tahan terhadap obat anestesi. Apalagi bila gigi impaksi terbenam dalam tulang rahang secara keseluruhan, justru memungkinkan terbentuknya kista.



☑ Gigi molar tiga yang impaksi juga bertendensi menimbulkan infeksi atau karies (gigi berlubang) pada bagian geraham depannya. Cukup banyak kasus karies pada gigi molar dua gara-gara gigi molar ketiga mengalami impaksi. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan Akbar Rahayu (1981) pada penderita yang berobat di Bagian Bedah Mulut dan Maksilo Fasial Ladokgi TNI AL M.E. Martadinata. Menurut Akbar, terbentuknya karies dipermudah, terutama kalau erupsinya sebagian sehingga sisa-sisa makanan sukar dibersihkan.



☑ Keadaan lain yang dapat disebabkan oleh gigi impaksi adalah periodontitis (peradangan jaringan pendukung gigi), kelainan neurologis dan gigi berdesakan karena ditekan gigi molar ketiga ke arah depan.



Nah, untuk mencegah timbulnya komplikasi macam-macam, maka tindakan pencabutan atau bedah sangat dianjurkan. Dalam hal ini ada tiga alternatif. Mencabut semua gigi molar ketiga, terutama yang akarnya sudah terbentuk sempurna. Pencabutan hanya pada molar ketiga yang akan impaksi. Atau pencabutan gigi molar ketiga impaksi yang menimbulkan kondisi patologis.



Di kalangan dokter tindakan demikian disebut odontectomie atau mengeluarkan gigi yang tidak erupsi atau erupsi sebagian karena akarnya tertanam dalam tulang rahang dan sulit dicabut dengan cara biasa, maka harus dengan tindakan bedah.



Waktu pencabutan gigi molar impaksi tidak dapat ditentukan dengan jelas. Bila telah ada indikasi pencabutan gigi tersebut, maka tindakan pencabutan gigi molar tiga impaksi sebaiknya pada usia relatif muda pada waktu pertumbuhan tulang telah berhenti (16-18 tahun), karena akan mengurangi komplikasi karena akar belum terbentuk sempurna (sebaiknya bila akar telah terbentuk sepertiga atau duapertiga) dan tulang sekitar gigi belum padat.

Beberapa komplikasi pencabutan gigi impaksi yang sering dijumpai:

1. Nyeri dan Bengkak. Ketidak nyamanan, bengkak dan rasa nyeri merupakan suatu konsekuensi tindakan pencabutan gigi impaksi, yang harus diminimalkan. Umumnya tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan kompres es dan pemberian preparat steroid yang mempunyai efek anti inflamasi kuat seperti betametason dan eksametason pra bedah. Tindakan lain adalah dengan melakukan irigasi cairan fisiologis yang adekuat selama operasi dan menggunakan anestesi lokal long acting seperti bupivacain.

2. Kerusakan saraf. Kerusakan saraf sangat mungkin terjadi pada tindakan operasi gigi molar tiga impaksi dengan frekuensi berkisar 0,5-5%. Pada umumnya kerusakan saraf akan mengalami perbaikan secara spontan terutama saraf alveolaris inferior karena terletak dalam kanalis mandibula sehingga ujung-ujung saraf yang rusak dapat dengan lebih baik mendekat secara spontan.

3. Infeksi. Infeksi dapat terjadi baik sebelum maupun setelah tindakan pencabutan gigi molar tiga. Infeksi akibat gigi molar tiga perlu mendapat perhatian serius karena dapat menyebar ke spatium kepala dan leher yang berakibat fatal.

4. Komplikasi sinus maksilaris. Secara anatomis terdapat hubungan yang erat antara gigi premolar (geraham kecil) dan molar atas dengan sinus maksilaris, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya resiko perforasi sinus maksilaris pada waktu pencabutan gigi-gigi tersebut.

5. Fraktur tulang mandibula (retak tulang rahang bawah). Fraktur mandibula merupakan komplikasi pencabutan gigi molar tiga bawah yang dapat terjadi pada penderita dengan atropi mandibula, osteoporosis atau adanya kista atau tumor yang besar. Dapat pula terjadi bila menggunakan terlalu besar tenaga. Bila terjadi fraktur mandibula maka segera hentikan tindakan, lakukan imobilisasi dan lakukan foto Panoramik.

6. Terdorongnya gigi ke spatium sekitarnya. Gigi molar tiga atas dapat terdorong kearah posterosuperior kedalam spatium infratemporalis bila menggunakan tenaga yang berlebihan pada waktu elevasi kearah distal tanpa retraktor dibelakang tuberositas.

7. Perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat dibagi menjadi perdarahan primer, intermediat atau sekunder atau perdarahan arteri, vena dan kapiler. Pada tindakan pencabutan gigi molar tiga pada pasien tanpa kelainan darah, umumnya disebabkan oleh perdarahan kapiler. Perdarahan sekunder disebabkan oleh oral fibrinolisis akibat terlalu banyak kumur, infeksi lokal atau trauma pencabutan yang terlalu besar. Terapinya adalah aplikasi tampon adrenalin, pemberian anti perdarahan kapiler seperti asam trasexamik, hemostatik lokal seperti spongostan, surgicel dan penjahitan.

8. Komplikasi pada sendi temporomandibula (sendi yang menggerakkan rahang). Pencabutan gigi molar kadang akan mengakibatkan disfungsi sendi temporomandibula terutama pada penderita yang sebelumnya telah mengalami gangguan sendi, tindakan yang lama dan tenaga yang berlebihan. Komplikasi dapat diminimalkan dengan pasien menggigit pada bite block pada sisi kontralateral dan istirahat sebentar durante operasi. Bila terjadi, maka kelainan sendi tersebut diterapi dengan cara konvensional seperti istirahat, terapi hangat, muscle relaxant dan bila mungkin dengan terapi splint oklusal.

Beberapa petunjuk perawatan pada pasien setelah pencabutan gigi impaksi adalah:

* Dilarang menghisap atau meniup
* Dilarang merokok
* Minum menggunakan sedotan selama 24 jam
* Dilarang berkumur keras walaupun menggunakan obat kumur
* Dilarang membersihkan gigi dekat tempat pencabutan
* Dilarang olah raga berat selama 24 jam
* Dilarang minum panas atau alkohol. (putz)

sumber: dentisia.com (the first dentistry online magazine in Indonesia)

Minggu, 29 Juni 2008

Hipertiroid kok cuma meriksa jantung thok...diagnosisnya kan jadi salah tuhh....

hai kawan semua..
dah lama banget ga ngeposting nih...
pada posting kali ini aku ingin menuturkan sebuah penyakit yang menempati urutan kedua terbesar di Indonesia selain Diabetes Mellitus (kencing manis), yakni hipertiroid, sebuah penyakit dimana terjadi peningkatan dari hormon tiroid dalam darah. Gejala yang dirasakan adalah rasa gemetar pada jari tangan, lemas, jantung berdebar cepat, berkeringat bannyak walau berda dalam suhu yang dingin, badan semakin kurus walaupun makan masih dalam jumlah yang banyak,cepet lelah saat beraktivitas, dan pada keadaan yang lebih lanjut lagi disetai dengan diare yang banyak sehingga menyebabkan dehidrasi.
tanda yang dapat dilihat adalah seperti penyakit gondok dimana terjadi pembesaran pada kelenjar gondok (kelenjar tiroid, pada penyakit yang sudahparah akan tampak lebih besar.
nih ceritaku hingga aku didiagnosis menderita hipertiroid....
aku adalah seorang atlet di tingkat desa saat SMP sampai dengan SMA, setelah menginjak bangku kuliah aku jadi atlit di tingkat fakultas..olahraga yang aku jalanin adalah sepak bola dan futsal....pada saat SMP hingga semester enam aku merupakan salah satu pemain yang mempunyai daya tahan fisik yang kuat, main 90 menit penuh fisik masih kuat dan berlari sejauh 3km tanpa ada rehatpun masih kuat..berbeda dengan kondisi saya saat ini, dimulai sejak akhir semester 6, setelah KKN di daerah pegunungnan, 4000 dpal. aku selama di sana juga sering bermain sepak bola dan berpartisipasi sebagai salah satu peserta yang membela tim desa lokasi kkn aku dalam turnamen sepak bola antar desa...saat latihan aku sering sekali baru masuk lapangan langsung ga kuat ngelanjutin, aku pikir ini di dataran tinggi, tekanan udaranay lebih rendah daripada tempat biasanya, jadi aku masih perlu beradaptasi...
setelah pulang dri lokasi kkn dan kembali kuliah serta melanjutkan karier aku sebagai atlet fakultas, salah satu pemain inti dan selalu menjadi starter dalam setiap pertandingan yang kami jalani, baik sepak bola maupun futsal. di sepak bola aku berperan sebagai gelandang bertahan dan kadang sebagai penyerang, dan pada futsal aku menempati posisi vital sebagai super bertahan yakni sebagai center,yang hanya sekali2 mencetak gol dan peran utamanya adalah menahan gempuran dari lawan sebelum mencapai tangan penjaga gawang...pernah dalam satu turnamen, posisi aku tidak tergantikan,,,dan itulah puncak karier aku sebagai atlet fakultas..
tetapi, saat ini au hanya bisa melihat teman2 satu tim bertanding, karena sejak akhir mei 2008 setelah didiagnosis bermacam- macam dokter dengan berbagai jenis penyakit pula....
pada awal bulan mei tensi (tekanan darah) aku mencapai 180/80...tentu ini sangat berbahaya bagi aku dengan umur 23 tahun...awalnya aku kira itu adalah puncak kumatnya penyakit hipertensiku...setelah itu aku diberi obat antihipertensi...kemudian ontrol lagi, dokter yang lain mendiagnosis penyakit yang lain, yakni gagguan jantung karena jantung saya berdebar- debar dan detak jantungku lebih cepat dari biasanya...aku pikir, jangan2 kondisi jantung ini yang tiba2 mempengaruhi fisik aku...kemudian aku ke poli Jantung di salah satu ruma sakit Di Jogja....di rumah sakit itu aku didiagnosis sementara ASD (atrium septal defect) suatu penyakit jantung bawaan dimana kondisi septum atau katup antara atrium/serambi kanan mengalami kalinan atau kebocoran...dokter di rumah sakit itu mendiagnosis karena hanya ada suara bising pada dada aku...kemuadian aku diberi obat antihipertensi dan obat peny. jantung,HCT.,tetapi tak ada perubahan pada penyakit ini, dan berat bada bertambah turun terus, kira2 8kg....kemudian akhir Juni 2008 aku disuruh periksa ke dokter spesialis jantung oleh kakakku yang juga berprofesi sbagi dokter dan sebagai PTT (pegawai tidak tetap di KalSel....kemudian aku ke dokter spesialis penyakit dalam konsultan penyakit jantung.....setelah jantungku diperiksa dengan stetoskop, kemudian aku disuruh duduk untuk memeriksa kelenjar gondokku...setelah dokter tersebut, dr.Bambang Irawan Sp.P.D, KKVK, mendengar krluhan saya dan memeriksaku dia mendiagnosis aku hipertiroid...sumber kenapa jantungku berdebar- debanr, detaknya lebih cepat, mudah berkeringa, tangan dan kaki tremor, berat badan turun, banyak minum dan diare....naah setelah itu memberi tahu mbakku, dan sebenernya dia mendiagnosis seperti dokter Bambang irawan....kemudian saya menjalani terapi obat antitiroid,antihpertensi,dan vitamin, dan alhamdulillah ada perubahan...dan melihat kondisi aku sudah parah, kelenjar tiroid sudah membesar, mungkin terapi selanjutnya operasi pengankatan jaringan patologis dari tiroid kanan dan kiri...


saya mohon doa kepada teman- teman semua...semoga saya aku sehat dan sembuh dari penyakit ini dan selanjutnya aktivitas aku berjalan seperti biasanya....aminn